Teori Seni Lukis
Pengantar Praktek Melukis
Oleh:
Friska Br Ginting S.Pd
1.
Unsur-Unsur dan Prinsip Seni Rupa.
Menurut Sanento Yuliman
(1983, hlm. 16) “Unsur seni lukis terdiri dari garis, bidang, bentuk, ruang
dwimatra, warna, termasuk juga unsur-unsur seperti keseimbangan (balance), keserasian (harmony), penekanan (aksen/emphasis), irama (Rithym).
a.
Unsur Warna.
Warna merupakan elemen yang paling dominan dalam seni lukis. warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Pewarna yang bisa larut dalam pelarut disebut pigmen, contoh pewarna pigmen yang umumnya digunakan dalam membuat lukisan adalah cat minyak, cat air, cat pelakat, akrilik, cat poster dan lain-lain.
Ada beberapa istilah pengelompokan warna yang umumnya dipakai dalam pembuatan seni lukis adalah sebagai berikut:
1. Warna
primer, yakni warna dasar atau warna pokok
yang tidak dapat diperoleh dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah,
kuning dan biru, sebagaimana dalam teori Brewster. Adapun skema warna primer
dapat dilihat pada gambar 6a.
2. Warna sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran dua warna primer.
Warna skunder terdiri dari ungu, jingga dan hijau. Adapun skema warna sekunder
dapat dilihat pada gambar 6b.
3.
Warna tersier, yakni warna yang merupakan hasil pencampuran dua warna sekunder.
4.
Warna analogus, yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam
lingkaran warna. Misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah, deretan
warna hijau menuju warna kuning, dll.
5. Warna komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan dalam
lingkaran warna. Misalnya kuning dengan ungu, merah dengan hijau, dll.
Gambar 2.9 (a) Warna Primer dan (b) Warna Skunder (c) Warna Tersier
|
Gambar 2.2 Warna Analogus dan Warna Komplementer. |
Masyarakat tertentu menggunakan warna sebagai perlambangan. warna sebagai perlambangan biasanya berbeda di setiap daerah. Kepercayaan lama yang bersifat ritual dan magis sering melibatkan warna sebagai perlambangan. Hal ini dapat kita lihat pada pertunjukan wayang di Jawa mulai dari unsur cerita (lakon), gamelan (karawitan), pertunjukan, sampai pada bentuk dan karakter peran wayang. Biasanya muka tokoh-tokohnya berwajah menunduk atau datar, warna mukanya gelap, kuning mas, putih dan kadang-kadang biru muda. Para tokoh jahat, kasar atau bengis, dengan wajah terangkat, mata besar atau mendelik dan wajah-wajah kemerahan. Sulasmi (2001, hlm. 37), mengupas mengenai unsur warna sebagai perlambangan, adapun perlambangan warna yang umum ialah sebagai berikut:
“Merah : Cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan, vitalitas.
Merah Jingga : Semangat, tenaga, kekuatan, pesan, hebat, gairah.
Jingga : Hangat, semangat muda, ekstremis, menarik.
Kuning Jingga : Kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.
Kuning : Cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, penghianatan.
Kuning hijau : Persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau Muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.
Hijau Biru : Tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru : Damai, setia, konservatif, pasif, terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.
Biru Ungu : Spritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu : Misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia)
Merah ungu : Tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat : Hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.
Hitam : Kuat, dukacita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-Abu : Tenang.
Putih : Senang, harapan, murni, lugu, bersih, spritual, pemaaf, cinta, terang.”
3.
Unsur Garis
Unsur garis Secara umum garis (line) terdiri
dari unsur-unsur titik yang juga mempunyai peran tersendiri. Unsur titik juga
bisa ikut mendukung keindahan. Bentuk garis bersifat lurus atau lengkung, namun
keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara garis lurus dan
garis lurus lainnya juga bisa berbeda, misalnya berbeda dalam tekanan,
ketebalan dan letak. Masing-masing akan memiliki karakter tersendiri. Sifat
garis yang umum dikenal yaitu lurus, lengkung dan bersudut.
Dalam penggunaannya,
garis mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau miring. Garis
mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang, dan pendek, juga saling
berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau
radiasi dan garis yang saling berlawanan. Garis dalam seni lukis sulam
dimunculkan dengan cara melekatkan benang ke atas permukaan kain. Garis dan
kesan fisiknya dirangkum oleh Suryahadi dalam Euis Nurjanah (2011: 48) pada
tabel 2.3
Tabel 2.3
Garis
dan Pesan Fisiknya
4.
Unsur Bentuk
Shape
adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur
(garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda oleh gelap terang pada
arsiran atau karena adanya tekstur, menurut (Prawira, 2004 :102), yaitu:
“Bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah
kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap
terang pada arsiran atau karena adanya tekstur.Kata bentuk dalam seni rupa diartikan sebagai wujud yang
terdapat di alam dan yang tampak nyata. Bentuk hadir sebagai manifestasi fisik
objek yang dijiwai dan disebut sebagai sosok (dalam bahasa Inggris disebut form).
Misalnya membuat bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dsb.
Ada juga bentuk yang hadir karena
tidak dijiwai atau secara kebetulan (dalam bahasa Inggris disebut shape)
yang dipakai juga dengan kata wujud atau raga. Pada karya seni rupa, bentuk
diciptakan sesuai dengan kebutuhan praktis (penerapan).
Dalam hal ini bentuk yang diciptakan sesuai dengan nilai
kegunaannya (functional form).Selain itu, bentuk juga diciptakan sebagai
ungkapan perasaan (ekspresi), seperti pada lukisan dan patung. Jenis dan sifat
bentuk adalah sebagai berikut:
- Bentuk organik, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang mengingatkan pada bentuk makhluk hidup. seperti manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan;
- Bentuk dwi-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang terbatas pada bidang. Bentuk yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, seperti bentuk pada gambar dan lukisan;
- Bentuk tri-matra, yaitu bentuk pada karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi, seperti pada bentuk patung dan bangunan;
- Bentuk diam dan bergerak (statis dan kinetis) seperti pada patung dan mobil;
- Bentuk berirama (ritmis) seperti pada bangunan dan patung;
- Bentuk agung dan abadi (monumental) seperti pada bangunan dan patung
5. Unsur Ruang Dwi-Matra
Ruang
dalam unsur rupa merupakan wujud dari tiga, yaitu: panjang, lebar dan tinggi
(punya volume). Ruang dalam seni rupa terbagi menjadi dua yaitu: ruang nyata
dan semu.
6.
Unsur Keseimbangan (Balance)
Merupakan
penempatan unsur-unsur seni rupa ( warna, bidang, bentuk) dalam suatu bidang
baik secara teratur maupun acak. Keseimbangan dapat diwujudkan melalaui
penyusunan unsur seni rupa yang simetris maupun asimetris. Keseimbangan memberikan
tekanan pada stabilitas.
7. Unsur Keserasian (Harmoni)
Merupakan keselarasan paduan unsur-unsur seni rupa yang
berdampingan, sedang hal sebaliknya (bertentangan) disebut kontras. Harmoni
terbentuk karena adanya unsur keseimbanganm keteraturan, kesatuan, dan
keterpaduan yang masing-masing saling mengisi.
8. Unsur Penekanan (aksen/emphasis)
Di
sebut juga prinsip dominasi, atau pusat perhatian, atau klimak adalah upaya
penampilan pada bagaian tertentu dari karya Seni Rupa yang menarik perhatian dengan
cara pengaturan posisi, perbedaan ukuran, perbedaan warna, atau unsur lain, dan
pengaturan arah unsur-unsur.
9. Unsur Irama (rithym)
Prinsip
ini di timbulkan dari kesan gerak dari unsur yang melekat pada karyanya yang
dapat diupayakan melalui pengulangan, pergantian, perubahan ukuran, dan gerak
mengalun.
10.
Unsur Tekstur
Tekstur
adalah unsur yang menunjukan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan
dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada seni
rupa secara nyata atau semu. Menurut (Prawira, 2004 : 107), “Tekstur
adalah unsur rupa yang menjanjikan rasa permukaan bahan yang sengaja dibuat dan
dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk
memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada
karya seni rupa secara nyata atau semu”.
Daftar Refrensi
Darmaprawira, Sulasmi, (2002).Teori
Warna dan Kreativitas Penggunaannya, bandung:Institut Tekhnologi Bandung.
r776b5bxzrb907 women sex toys,double dildos,dual stimulator,male sex toys,vibrators,wolf dildo,custom sex doll,wholesale sex dolls,realistic vibrators f110t7eqmxy936
BalasHapus